Akan ada waktunya.
Katanya hidup bagaikan roda selalu berputar tapi menurutku tidak. Hidup layaknya
mengendarai sepeda, ia terus berjalan dan memiliki tujuan. Semakin besar usaha
untuk mengayuh pedal semakin cepat pula ia akan mencapai tujuan. Tapi tentunya
akan tergesa-gesa dan jadinya ngos-ngosan seperti mengejar kadal. Kadang hidup
juga perlu jeda dan perlu istirahat. Seperti mengendarai sepeda cukup perlu stabil
dan tidak labil, yang terpenting tau waktu kapan untuk mempercepat atau
memperlambat supaya tidak terlewat.
Akan ada waktunya dan akan tiba saatnya, manusia menjadi penonton atau menjadi
pemeran atau bahkan menjadi figuran.
Akan ada waktunya semua kesenangan, kebahagian, dan kesedihan tiba pada
saatnya. Lucu memang dunia memperlakukan manusia, kemarin ku lihat dia bahagia,
tertawa, dan jatuh cinta. Dan dia yang lain berharap cemas penuh doa menunggu
kebahagiannya supaya segera datang. Tapi hari ini, kulihat dia yang lain
tertawa, bahagia, dan jatuh cinta. Tapi kali ini, dia yang menangis, meratapi cintanya yang berakhir di
usia yang cukup matang. Mugkin dengan seperti ini Tuhan menyeimbangkan dunia
supaya manusia hanya menggantungkan harapan hanya kepadaNya bukan kepada
manusia.