CINTA DAN WANITA
November 10, 2019
Empat tahun lahir di dunia, mama dan papa memilih jalan untuk berpisah.
Bercerai kata mama. Seringkali ku melihat diam-diam mama menangis. Iya benar
hanya diam-diam mama menangis, kadang sendiri terkadang juga ketika bercerita
kepada sahabatnya. Ia benar diam-diam menangis, diam-diam pula sering aku
melihat mama menangis. Terkadang, tanpa diam aku menuju mama dan mengusap air
mata dan bertanya mengapa. Namun, mama tetap saja mengacu dan berucap matanya
terkena debu. Padahal semestinya aku tau benar bahwa hati mama sedang kelabu.
Aku tau mama mencintai papa. Mama benar-benar mencintai papa meski cinta
papa kepada mama tidak tau bagaimana. Aku tau persis mama mencintai papa. Mama
benar-benar mencintai papa meski papa sering menyakiti mama berkalik-kali. Tapi untung saja mama lebih
mencintai anak anaknya daripada papa.
Aku tau mama dan papa saling cinta tapi entah mengapa harus berpisah.
Dibalik album masa lalu, aku tau mama dan papa adalah dua insan yang saling
merindu. Tapi sayangnya itu dulu.
Sehari sebelum aku menginjak dua dua, ku bertemu sosok wanita kuat yang
mengingatkan aku kepada almarhuma mama.
Beliau bercerita tentang cintanya sembari mengantarku menuju kos-kos an.
Iya cintanya kandas, suaminya lepas, pernikahannya naas. Suaminya lepas bersama
wanita perampas. Hatinya terluka, sakitnya masih ada, trauma pula katanya.
Lepas dari ini, berkisah sebuah cerita layangan putus. Seorang wanita yang
memiliki anak empat yang pada akhirnya pernikahannya pegat. Persis dengan ibu
driver yang mengantarku menuju kos, suaminya lepas, cintanya kandas, dibawa
wanita perampas. Luka hatinya, basah matanya penuh air mata, mencoba ikhlas katanya.
Bila cinta memang selalu berakhir tragis rupanya itu adalah cinta apatis. Ah tidak, bukan cinta rupanya karena sungguh kritis. Bagaimana bisa perselingkuhan ada karena atas dasar cinta yang mengakibatkan hati lain terluka? Bagaimana bisa hatimu hanya satu tapi cintamu beribu dan mengakibatkan kelabu? Bilamana katamu tetap cinta, ah aku tidak percaya. Hatimu hanya satu, cintamu harusnya satu bukan dua apalagi tiga. Cintamu harusnya satu, ya cintamu kepada Tuhan. Maka kamupun tau mana yang harus dicintai karena Tuhan bukan karena sekedar nafsu.
ah picik sekali
bila
cintamu
hanya sekedar
nafsu
kepada
wanita
yang sedang atau akan menjadi ibu.
0 komentar