MENUNGGU

Desember 28, 2017

Bagiku menunggumu itu seperti mata kuliah Logika Fuzzy, mengandung unsur ketidakpastian dan ketidaktepatan. Jika 0 adalah tidak dan 1 adalah ya, ntah terletak di ambang  berapa derajat keanggotaanku berada. Bukan berati aku tidak sabar didalam penantianku tapi sekarang aku mulai berpikir apakah yang kunanti pantas untuk dinanti?

Tiga variabel telah kuputuskan yaitu tindakan, waktu, dan keseriusan. Tiga variabel itu yang akan memenuhi rule-rule yang ada. Dan rule-rule itu akan menentukan berapa derajat keanggotaanku berada. Namun, semua begitu abstrak dan susah untuk ditranslasikan dalam bahasa [0,1].

Aku rasa ini yang dinamakan dilema, ketika hati dan otak tak sejalan. Benar memang katanya menunggu membosankan apalagi menunggu hal yang tidak pasti. Namun, jika menunggu membosankan apakah berganti hati menyenangkan? Aku rasa kalau memang benar-benar serius dari keduanya maka tidak ada yang namanya menunggu terlalu lama.


Berada dalam ketidakjelasan memang selalu mengambang, antara totalitas dan kerumpangan. Membuat bingung langkah mana yang harus ditempuh. Apalagi caramu mulai membuatku ragu. Berada pada ketidakpastian adalah masa yang paling aku benci, dimana aku tidak tau harus berharap atau melupakan. Menunggumu bagaikan logika fuzzy adalah sesuatu yang sangat mengganggu dan aku tidak suka. Namun jika menunggu  0 dan 1, bukan diantaranya aku masih bisa terima.

You Might Also Like

0 komentar