Bagiku menunggumu itu seperti mata kuliah Logika Fuzzy, mengandung unsur
ketidakpastian dan ketidaktepatan. Jika 0 adalah tidak dan 1 adalah ya, ntah
terletak di ambang berapa derajat
keanggotaanku berada. Bukan berati aku tidak sabar didalam penantianku tapi
sekarang aku mulai berpikir apakah yang kunanti pantas untuk dinanti?
Tiga variabel telah kuputuskan yaitu tindakan, waktu, dan keseriusan. Tiga variabel
itu yang akan memenuhi rule-rule yang ada. Dan rule-rule itu akan menentukan
berapa derajat keanggotaanku berada. Namun, semua begitu abstrak dan susah
untuk ditranslasikan dalam bahasa [0,1].
Aku rasa ini yang dinamakan dilema, ketika hati dan otak tak sejalan. Benar
memang katanya menunggu membosankan apalagi menunggu hal yang tidak pasti. Namun,
jika menunggu membosankan apakah berganti hati menyenangkan? Aku rasa kalau
memang benar-benar serius dari keduanya maka tidak ada yang namanya menunggu
terlalu lama.
Berada dalam ketidakjelasan memang selalu mengambang, antara totalitas dan kerumpangan.
Membuat bingung langkah mana yang harus ditempuh. Apalagi caramu mulai membuatku
ragu. Berada pada ketidakpastian adalah masa yang paling aku benci, dimana aku
tidak tau harus berharap atau melupakan. Menunggumu bagaikan logika fuzzy
adalah sesuatu yang sangat mengganggu dan aku tidak suka. Namun jika menunggu 0 dan 1, bukan diantaranya aku masih bisa
terima.